Pengen share sedikit
yaa, silakan buat yang minat baca. Ini cuma cerita dan curahan hati
seorang anak kok. Tapi insyaAllaah bisa diambil hikmahnya, aaamiin. :’)
“Bapa”, begitu kami memanggilnya. Sosok yang menurutku
humoris, kuat, berani, dan bijaksana. Tapi menurut mama juga cepat emosi, dan
menurut adik2ku merupakan sosok yang cukup ditakuti dan wajib dipatuhi
perintahnya. :’D
Yaah, apapun itu, bagaimana pun dia, kami tetap saja
menyayangi dan selalu memerlukannya. Karena menurutku, bapa itu multitalent.
Bila ada alat elektronik yang rusak di rumah, dia bisa memperbaiki. Bila ada
yang bocor atau ada bangunan rumah yang perlu diperbaiki, dia bisa
mengatasinya. Bila tahun ajaran baru dan perlu jahit lambang sekolah atau
urusan jahit menjahit lainnya, dia juga yang bisa mengerjakan dengan mesin
jahit tuanya. Motor mogok dan tidak bisa hidup, dia juga bisa membuatnya hidup
lagi. Dan yang paling sesuai dengan profesinya, apabila ada kesulitan menjawab soal2
matematika tingkat SMP/ sederajat, datanglah padanya, karena dia adalah salah
satu ahlinya.. :D
Pahlawan tanpa tanda jasa, itu adalah profesinya. Simpelnya
sih sebut saja seorang guru. Tapi karena
dia ayah ku, aku harus membuatnya terlihat keren dengan istilah seperti itu.
Ya, dia adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang sebenarnya bagi kami, 4 orang
wanitanya; aku, mama, Dinda dan Aulia (adik2ku). Apapun yang diberikannya
kepada kami, tak pernah dia meminta balas atau pamrih. Dia juga hebat dalam
memimpin dan berlaku adil kepada kami. Tidak pernah telat atau menelat2kan
ngasih uang belanja ke mama (kecuali kelupaan), tidak pernah memaksakan apapun
terhadap anak2nya (tapi tetap mengarahkan), dan selalu memberikan segalanya
sesuai keperluan dan semaksimal kemampuannya. Itulah yang membuat kami selalu
merasa senang dan harmonis bila berkumpul. Ditambah lagi, dia adalah yang
paling tampan di antara kami semua. :D
Cerita keharmonisan keluarga, tentunya pasti ada juga
duka2nya. Dan kedukaan itu berawal di akhir tahun ajaran 2009/ 2010. Dimana
keluarga kecil kami tiba2 didatangi orang banyak sekitar rumah, yang ceritanya
ingin meliat keadaan bapa saat itu. Ini masih menjadi momen tersedih sepanjang
masa keluarga kecil kami loh, jadi maap kalo agak lebay.. :’)
Lupa tanggal berapa, hari apa, dan tepatnya jam berapa. Yang
teringat saat itu masih pagi dan aku beserta adik2ku belum mandi (karena saat
itu ceritanya kami sedang menikmati libur sekolah semester genap, :3). Waktu
itu, bapa terbaring di ranjang kamarnya dengan mengeluh sakit dada yang teramat
sangat, hingga susah bergerak dan bangun dari tempat tidur. Sebenarnya agak
jengkel dan aneh juga ya, kenapa orang2 sekitar rumah malah datang rame2 saat
itu. Yang dipanggil disuruh datang kan cuma keluarga, eh malah ikut
menggetarkan suasana datang rame2. Seolah dapet dan bawa berita duka.. -_-
Kondisi bapa waktu itu, benar2 gaada yang ngerti kenapa dan
apa. Pernah ngadepin orang mau sakaratul maut dan dapet pesan2 terakhir dari
orang itu?? Itulah perasaan ku ketika duduk di samping bapa saat itu. Nene,
acil (tante), dan keluarga yang lain sibuk nyari tukang obat alternatif, sampai
ada salah satu keluarga yang mengasai (mengoleskan) minyak (entah apa) ke badan
bapa, tapi gaada perubahan. Sampai akhirnya diputuskan buat membopong bapa ke
rumah sakit. Dan bapa pun menguatkan diri buat beranjak dari tempat tidur. :’)
Sesampainya di sana, bapa ditemani mama dan keluarga, tapi
tanpa anak2nya (kami jaga rumah bray, :3). Tapi masih adaaja warga sekitar yang
masih bertamu dan belum pulang dari rumah (heran.. -,-). Jadi ceritanya aku dan
adik2ku dihindarkan dari ikut2an panik dan menambah kerepotan saat itu. Jadi
kami cuma dapat kabar2i dari RS. Yang teringat saat itu kabarnya adalah bapa
harus opname, tekanan darah bapa tinggi, dan katanya bapa sakit jantung
koroner. Karena di keluarga gaada yang ngerti dan profesi sebagai orang medis,
jadi kami iya2 aja dan ngeri juga dengernya. Harus gimana2 ga ngerti, di
Kotabaru gaada spesialis jantung dan sejenisnya, jadi yaa intinya taunya bapa
harus opname aja.. :’
Sejak saat itu, rasanya aku benci banget loh sama yang
namanya RS. Rasanya ga mau lagi nginjak tuh tempat. Bahkan sempat ga suka juga
sama profesi dokter yang dapat uang dari orang sakit, kan jahat.. :’3
Tapi pas mikir dan dipikir2, sedih juga sebagai anak ga bisa
berbuat apa2 buat orang tua sendiri. Dan akhirnya sejak saat itu juga
memutuskan ingin jadi dokter (padahal phobia darah), bahkan saat itu juga tiba2 kepikiran mau jadi spesialis
jantung. Niatnya sih, biar bisa ngobatin bapa sendiri dan orang2
yang punya penyakit sama seperti bapa (masih pemikiran anak ABG yg baru naik
kelas XII waktu itu). :’D
Singkat cerita setelah bapa kena serangan hebat itu serta
opname di RS, bapa bisa pulih dan balik ke rumah lagi beraktivitas seperti
semula. Namun setelah itu, bapa jadi pasiennya dr. E (spesialis jantung) di
RSUD Ulin Banjarmasin, rutin tiap beberapa bulan check up bolak balik Ktb- Bjm.
Seiring berjalannya waktu, bapa yang merasa baik2 saja mulai
menyepelekan keadaan jantungnya. Nyeri dada (angina) yang sering datang dan
berhenti bila minum obat atau dengan istirahat sebentar, tidak menjadi
perhatiannya. Sampai hampir 1 tahun lebih tidak ada kontrol dan tidak tau pasti
keadaannya. Sampai akhirnya, bujukan mama berhasil dan bapa pun kembali check
up pada tanggal 6 September 2013 kemarin, dan menjadi pasien dr. T di RSUD Ulin Banjarmasin. Gambaran EKG dengan hasil Infark
memang sudah biasa terlihat sebelumnya, dan mungkin akan terus seperti itu.
Tapi kali ini, DD baru keluar dan memerlukan pemeriksaan penunjang
Ekhokardiografi pada tanggal 18 September 2013 selanjutnya setelah itu.
Dan..hasil Ekhokardiograf itu seolah mengatakan bahwa,
“Jantung ini sudah tak
sekuat apa yang tampak pada fisiknya, dia besar namun lemah..”
Itulah kiranya
ungkapan yang dapat menggambarkan keadaan jantung bapa sekarang, dan membuat
kami sekeluarga mulai mencemaskan keadaan bapa lagi.. :’
Namun yang namanya seorang ayah, walaupun kami khawatir dari hasil yang ada dan apa
yang dikatakan dokter, tapi bapa malah tidak pernah terlihat sedih. Tetap saja
dia tersenyum dan sesekali hanya diam. Tak pernah ingin membuat khawatir 4
wanitanya. Dan yang rasanya cukup menggetarkan hati, jiwa dan raga itu pas bapa
bilang gini :
“Yaah, terserah aja dokter mau bilang apa dan bagaimanapun
kondisi jantung bapa, yang penting kan udah ikhtiar. Bapa masih bisa tetap
bertahan sampai sekarang dalam kondisi seperti ini, dan masih bisa melihat
anak2 bapa aja sudah alhamdulillaah. Seperti ini pun bapa sudah bersyukur,
semoga bisa tetap seperti ini kalau memang tidak bisa sembuh..” (sambil
senyum). :’)
Rasanya ingin saja menangis saat mendengar kata2 itu. Tapi ya
mau bagaimana lagi, harus tetap bisa nahan dan ngasih semangat buat bapa. Jangan
sampai malah membuatnya sedih karena melihat kesedihan kami. Walaupun sesekali
kami melihat bapa terbungkuk menahan sakit ketika (mungkin) angina (nyeri dada)
menghampirinya (lagi), kami pun selalu menyembunyikan kesedihan dan
kekhawatiran kami, selayaknya dia yang menyembunyikan rasa sakit fisiknya. Selalu
berusaha untuk tetap tersenyum di hadapannya, sejengkel atau sesedih apapun
kami. Dan bisa dikatakan, kalau terkadang kami harus selalu memakai ‘topeng’
semu dengan mimik senyum bahagia di depannya. Agar dia selalu bisa tersenyum
juga walaupun sakit, dan kami tetap bisa bersama dia dalam keadaan apapun. Karena
dia, begitu berharga bagi 4 wanitanya. Dan sungguh, dia adalah pemberian Tuhan
yang paling berharga bagi 4 wanitanya ini.. :”)
Dan ga banyak lagi harapan dan ingin kami, cuma ingin bisa terus bersama2 dia dan dia bisa terus diberi kekuatan untuk tetap bersama kami, tanpa batas waktu.. :'
Hmmm..mungkin itu aja yaa, yang perlu dituliskan di sini. Takutnya klo kebanyakan cerita nanti malah kemana2 dan akhirnya salah kaprah. Karena tujuan dari pembuatan entri ini hanya untuk berbagi sebuah cerita pendek buat
menambah entri di blog yang sudah mulai lumutan ini. Semoga berkesan yaa. :’)
Pesannya, jaga kesehatan kalian secara keseluruhan, ga cuma
per organ atau sejenisnya. Karena sehat itu mahal. Sedangkan sakit itu
menyedihkan, baik untuk diri sendiri maupun keluarga. Kasarnya, semakin sering
sakit, semakin sering juga menyusahkan dan membuat sedih orang lain.
Naudzubillaah.. :’3
Tapi, kalau kamu/ kalian sedang sakit (apapun sakitnya),
jangan pernah putus asa dan harus selalu optimis memandang ke depan. Karena
optimis, semangat, dan berpikir positif itu adalah obat gratis yang paling
utama dari dan untuk dirimu sendiri yang tidak akan ada diproduksi atau dijual
di perusahaan atau toko obat manapun. Bahkan terkadang, dalam dunia medis
sugesti seperti itu bisa lebih menyembuhkan daripada obat yang sebenarnya.
Dan apabila ada keluargamu yang sakit atau orang dekat yang
sakit, jangan tambah bebannya dengan kesedihan Anda. Bersedihlah seperlunya
saja sekedar menunjukkan simpati dan empati. Utamanya, manfaatkan dirimu untuk
membantu dia agar bisa selalu optimis, semangat, dan berpikir positif dengan
penyakit yang ada padanya. Karena kan katanya, sebaik2 manusia adalah yang
dapat memberi manfaat kepada manusia (orang) lain.
Oke, akhir katanya: terapkan hidup sehat, dan salam
semangat~ ^,^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar